Sabtu, 10 Juni 2017

welcome



PERKEMBANGAN SOSIOLOGI
MENURUT PANDANGAN

A.    AUGUSTE COMTE
Perkembangan sosiologi pada hakikatnya melewati tiga tahap, sesuai dengan tahap-tahap perkembangan pikiran manusia yaitu:

a.       Tahap teologis, ialah pemikiran manusia bahwa semua benda di dunia ini mempunyai jiwa dan itu disebutkan oleh sesuatu kekuatan yang berada diatas manusia. Cara pemikiran tersebut tidak dapat di pakai dalam ilmu pengetahuan, karena ilmu pengetahuan bertujuan untuk mencari sebab serta akibat dan gejala-gejala.
b.      Tahap metafisis, pada tahap ini manusia masih percaya bahwa gejala-gejala di dunia ini disebabkan oleh kekuatan-kekuatan yang berada di atas manusia. Manusia belum berusaha untuk mencari sebab dan akibat gejala-gejala tersebut.
c.       Tahap posistif, merupakan tahap dimana manusia telah sanggup untuk berpikir secara ilmiah. Pada tahap ini berkembanglah ilmu pengetahuan.
Menurut Comte, masyarakat harus teliti atas dasar fakat-fakta obyektif dan diaa juga menekankan pentingnya penelitian-penelitian perbandingan antara berbaagai masyarakat yang berlainan.
Menurut Comte didalam hirarki ilmu, sosiologi menempati urutan teratas diatas astronomi, fisika, kimia, dan biologi.
Pada tahap positif, orang tahu bahwatiada gunanya lagi untuk berusaha mencapai pengenalan atau pengetahuan yang mutlak. , baik pengenalan teologis maupun metafisik. Ia tidak mau lagi mencari  asal dan tujuan terakhir seluru alam semesta ini. Sekarang orang berusaha menemukan hukum-hukum kesamaan dan urutan yang terdapat pada factor-faktor yang disajikan kepadanya, yaitu dengan “pengamatan” dan “memakai akalnya”. Pada tahap ini pengertian “menerangkan” berarti fakta-fakta yang khusus duhubungkan dengan suatu fakta umum. Dengan demikian, tujuan tertinggi dari tahap positif ini adalah menyusun dan mengatur segala gejala di bawah satu fakta yang umum.


B.     EMILE DURKHEIM
Menurut Emile Durkheim, sosiologi meneliti lembaga-lembaga dalam masyarakat dan proses-proses social. Dalam sebuah majalah sosiologi yang pertama yaitu “L’anee sociologique” dia mengadakan pembagian sosiologi atas tujuh seksi, yaitu:
a.       Sosiologi umum yang mencakup kepribadian individu dan kelompok manusia.
b.      Sosiologi agama.
c.       Sosiologi hukum dan moral yang mencakup organisasi politik, organisasi social, perkawinan dan keluarga.
d.      Sosiologi tentang kejahataan.
e.       Sosiologi ekonomi yang mencakup ukuran-ukuran penelitian dan kelompok kerja.
f.       Demografi yang mencakup masyarakat perkotaan dan pedesaan,
g.       dan sosiologi estetika.
Dia juga menekankan pentingnya penelitian perbandingn, karena sosiologi adalah ilmu mengenal masyarkat, katanya.
Disamping itu, Durkheim mengulas solidaritas dan angka bunuh diri dalam masyarakat bersahaja sebagai bersifat mekanis, karena sifatnya yang spontan, sedangkan pada masyarakat yang kompleks bersifat organis.
























C.    MAX WEBER
            Menurut Weber, perilaku manusia yang merupakan perilaku social harus mempunyai tujuan tertentu, yang terwujud dengan jelas. Artinya, perilaku itu harus mempunyai arti bagi pihak-pihak yang terlibat, yang kemudian berorientasi terhadap perilaku yang sama pihak lain.perilaku yang bersifat introspektif seperti meditasi atau perilaku yang berorientasi terhadap obyek atau situasi material bukanlah merupakan perilaku social, weber menciptakan tipe-tipe perilaku ideal sebagai pola, agar dapat membandingkannya dengan perilaku actual.
            Menurutnya lagi bentuk perilaku social yang paling penting adalah perilaku social timbale balik atau resiprokal. Batasan Weber mengenai Negara terutama berdasarkan pada wewenang, birokrasi, yuridiksi atas wilayah tertentu dan monopoli penggunaan kekuatan secara sah.
            Weber beranggapan kekuasaan merupakan kesempatan bagi seseorang atau suatu pihak untuk memaksakan kehendaknya terhadap pihak lain walaupun hal itu bertentngan dengan kehndaknya. Namun Weber sendiri tidak menyukai perumusan tersebut karena dia cenderung mempergunakan pengertian dominasi yang sebenarnya merupakan kekuasaan politik. Dominasi diperoleh dengan cara mempengaruhi pihak-pihak lain melalui artikulasi eksplisit kehendak pemegang dominasi dan dengan  memaksa agar pemerintahannya ditaati. Walaupun demikian, hubungan antara penguasa dengan pengikut tergantung pada kepercayaan kedua belah pihak terhadap sahnya wewenang yang melaksaanakan dominasi tersebut. Secara konsekuen Weber menganggap penting untuk mengakui tiga prinsip yang memberikan landasn sah pelaksanaan kekuasaan untuk memberikan perintah-perintah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar