PERKEMBANGAN
SOSIOLOGI
MENURUT
PANDANGAN
A. AUGUSTE
COMTE
Perkembangan sosiologi pada
hakikatnya melewati tiga tahap, sesuai dengan tahap-tahap perkembangan pikiran
manusia yaitu:
a. Tahap
teologis, ialah pemikiran manusia bahwa semua benda di dunia ini mempunyai jiwa
dan itu disebutkan oleh sesuatu kekuatan yang berada diatas manusia. Cara
pemikiran tersebut tidak dapat di pakai dalam ilmu pengetahuan, karena ilmu
pengetahuan bertujuan untuk mencari sebab serta akibat dan gejala-gejala.
b. Tahap
metafisis, pada tahap ini manusia masih percaya bahwa gejala-gejala di dunia
ini disebabkan oleh kekuatan-kekuatan yang berada di atas manusia. Manusia
belum berusaha untuk mencari sebab dan akibat gejala-gejala tersebut.
c. Tahap
posistif, merupakan tahap dimana manusia telah sanggup untuk berpikir secara
ilmiah. Pada tahap ini berkembanglah ilmu pengetahuan.
Menurut Comte, masyarakat harus
teliti atas dasar fakat-fakta obyektif dan diaa juga menekankan pentingnya
penelitian-penelitian perbandingan antara berbaagai masyarakat yang berlainan.
Menurut Comte
didalam hirarki ilmu, sosiologi menempati urutan teratas diatas astronomi,
fisika, kimia, dan biologi.
Pada tahap
positif, orang tahu bahwatiada gunanya lagi untuk berusaha mencapai pengenalan
atau pengetahuan yang mutlak. , baik pengenalan teologis maupun metafisik. Ia
tidak mau lagi mencari asal dan tujuan
terakhir seluru alam semesta ini. Sekarang orang berusaha menemukan hukum-hukum
kesamaan dan urutan yang terdapat pada factor-faktor yang disajikan kepadanya,
yaitu dengan “pengamatan” dan “memakai akalnya”. Pada tahap ini pengertian
“menerangkan” berarti fakta-fakta yang khusus duhubungkan dengan suatu fakta
umum. Dengan demikian, tujuan tertinggi dari tahap positif ini adalah menyusun
dan mengatur segala gejala di bawah satu fakta yang umum.
B. EMILE
DURKHEIM
Menurut
Emile Durkheim, sosiologi meneliti lembaga-lembaga dalam masyarakat dan
proses-proses social. Dalam sebuah majalah sosiologi yang pertama yaitu “L’anee
sociologique” dia mengadakan pembagian sosiologi atas tujuh seksi, yaitu:
a. Sosiologi
umum yang mencakup kepribadian individu dan kelompok manusia.
b. Sosiologi
agama.
c. Sosiologi
hukum dan moral yang mencakup organisasi politik, organisasi social, perkawinan
dan keluarga.
d. Sosiologi
tentang kejahataan.
e. Sosiologi
ekonomi yang mencakup ukuran-ukuran penelitian dan kelompok kerja.
f. Demografi
yang mencakup masyarakat perkotaan dan pedesaan,
g. dan sosiologi estetika.
Dia
juga menekankan pentingnya penelitian perbandingn, karena sosiologi adalah ilmu
mengenal masyarkat, katanya.
Disamping
itu, Durkheim mengulas solidaritas dan angka bunuh diri dalam masyarakat
bersahaja sebagai bersifat mekanis, karena sifatnya yang spontan, sedangkan
pada masyarakat yang kompleks bersifat organis.
C.
MAX WEBER
Menurut Weber, perilaku manusia yang
merupakan perilaku social harus mempunyai tujuan tertentu, yang terwujud dengan
jelas. Artinya, perilaku itu harus mempunyai arti bagi pihak-pihak yang
terlibat, yang kemudian berorientasi terhadap perilaku yang sama pihak lain.perilaku
yang bersifat introspektif seperti meditasi atau perilaku yang berorientasi
terhadap obyek atau situasi material bukanlah merupakan perilaku social, weber
menciptakan tipe-tipe perilaku ideal sebagai pola, agar dapat membandingkannya
dengan perilaku actual.
Menurutnya lagi bentuk perilaku
social yang paling penting adalah perilaku social timbale balik atau
resiprokal. Batasan Weber mengenai Negara terutama berdasarkan pada wewenang,
birokrasi, yuridiksi atas wilayah tertentu dan monopoli penggunaan kekuatan
secara sah.
Weber beranggapan kekuasaan
merupakan kesempatan bagi seseorang atau suatu pihak untuk memaksakan
kehendaknya terhadap pihak lain walaupun hal itu bertentngan dengan kehndaknya.
Namun Weber sendiri tidak menyukai perumusan tersebut karena dia cenderung
mempergunakan pengertian dominasi yang sebenarnya merupakan kekuasaan politik.
Dominasi diperoleh dengan cara mempengaruhi pihak-pihak lain melalui artikulasi
eksplisit kehendak pemegang dominasi dan dengan
memaksa agar pemerintahannya ditaati. Walaupun demikian, hubungan antara
penguasa dengan pengikut tergantung pada kepercayaan kedua belah pihak terhadap
sahnya wewenang yang melaksaanakan dominasi tersebut. Secara konsekuen Weber
menganggap penting untuk mengakui tiga prinsip yang memberikan landasn sah
pelaksanaan kekuasaan untuk memberikan perintah-perintah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar